
Halobola.com – Kedatangannya memang sudah ditunggu-tunggu oleh pendukung maupun pemain dan pelatih tim tersebut, tetapi banyak yang tidak diketahui tentangnya.
Witsel bergabung dengan status free transfer setelah kontraknya bersama Dortmund habis. Oleh Atletico, Witsel dikontrak hingga Juni 2023.
Setelah menghabiskan lima tahun di tim utama Standard Liege, satu musim bersama Benfica di Portugal, empat setengah musim bersama Zenit Saint Petersburg di Rusia, satu setengah musim bersama Tianjin Quanjian di Cina, dan empat musim bersama Borussia Dortmund di Bundesliga, Witsel berlabuh di ibu kota Spanyol.
Pemilik 124 international caps, terbanyak kedua dalam sejarah Timnas Belgia ini akan menjadi salah satu motor permainan Atletico mulai musim 2022/23. Kualitas dan pengalamannya bakal sangat berguna bagi Los Rojiblancos.
Berikut ini lima fakta yang jarang diketahui tentang sosok seorang Axel Witsel.
Witsel sangat identik dengan satu nomor. Nomor itu adalah nomor 28.
Sepanjang kariernya, Witsel selalu memakai nomor punggung 28. Dengan catatan, nomor itu tersedia.
Dia telah menggunakan nomor punggung itu di setiap klub yang dia perkuat sejauh ini. Namun, dia menggunakan berbagai nomor punggung yang berbeda di Belgia. Yang terkini adalah nomor 6.
Ketika masih kecil, Witsel menghabiskan lebih banyak waktu bermain futsal daripada sepak bola. Dia terinspirasi oleh ayahnya, Thierry, yang bermain di divisi pertama futsal Belgia.
Namun, justru Thierry yang akhirnya memberi tahu Witsel bahwa dia harus lebih fokus ke sepak bola. Itu karena dia punya masa depan di sana.

Dari situ, lahirlah Witsel yang sekarang.
Thierry, ayah Witsel, berasal dari Martinique, wilayah seberang laut Perancis. Oleh karena itu, Witsel sebenarnya dapat mewakili tim nasional Perancis di tingkat internasional.
Namun, dia tidak pernah mempertimbangkannya. Dia selalu bertekad bermain untuk Belgia.
Sejauh ini, dia sudah mencetak 12 gol untuk Tim Nasional Belgia.
Saat berusia 20 tahun, Witsel melakukan tekel keras dalam pertandingan antara Standard Liege dan Anderlecht. Dia mematahkan kaki Marcin Wasilewski.
Witsel muda kemudian menerima ancaman pembunuhan. Jendelanya dilempari batu.
Namun, dia berhasil menjadi dewasa melalui insiden itu. Orang-orang terdekatnya juga menjelaskan bahwa mentalnya sangat kuat.
Pada hari terakhir musim Jupiler Pro League 2008/09, Standard Liege berada di urutan kedua. Mereka harus menang tandang di Gent untuk memaksa play-off kejuaraan melawan pemimpin klasemen Anderlecht.
Ketika timnya mendapatkan penalti, Witsel maju sebagai eksekutor dan berhasil mencetak gol untuk kemenangan 1-0.
Perjuangan pun berlanjut ke pertandingan final sebanyak dua leg, yang dimenangi Standard Liege 2-1 secara agregat. Witsel mencetak penalti lainnya.